Jurnal ekonomi ; Konsepsi Ekonomi Islam untuk Pembangunan Ekonomi

Pengantar

Jurnal-ekonomi.org – Ketika menjalankan pembangunan ekonomi hal pertama yang harus jelas adalah bagaimana konsep yang digunakan? Begitu pula suatu konsep ekonomi yang telah diadopsi seperti di Indonesia, maka harus ada evaluasi untuk menilai apakah konsep yang diimplimentasikan tersebut benar dan mampu memecahkan masalah ataukah justru sebaliknya?

Dalam realitasnya pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di Indonesia ternyata tidak dapat memecahkan permasalahan ekonomi. Waktu 65 tahun kemerdekaan, potensi SDM, SDA, luas wilayah, dan posisi yang strategis tidak dapat digunakan untuk memecahkan problem ekonomi kita, justru permasalahan semakin kompleks dan besar. Untuk itu harus ada penggalian konsepsi ekonomi yang baru untuk menggantikan konsepsi yang sudah ada. Ekonomi Islam merupakan salah satu konsepsi ekonomi yang patut dipertimbangkan untuk menggantikannya.

Konsepsi Syariah

Konsepsi ekonomi Islam berbeda dengan konsepsi ekonomi Kapitalis atau yang biasa disebut dengan ekonomi konvensional. Perbedaan itu tidak hanya mengacu pada aspek akidah atau asas, tetapi juga meliputi standar nilai, dan metode untuk mengaplikasikannya.

Konsepsi ekonomi Islam mengacu pada syariah yang menjadi aturan agama kita. Sebab setiap perbuatan manusia termasuk kebijakan ekonomi dan pembangunan, serta aktivitas ekonomi masyarakat harus terikat hukum syara’.[1]

Dalam hal bagaimana memecahkan problem ekonomi dan membangun konsepsi ekonomi menurut Islam, Taqiyuddin an-Nabhani dalam bukunya yang monumental an-Nizham al-Iqtishadi fii al-Islam mengemukakan pada dasarnya metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan ekonomi adalah sama dengan metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan hidup manusia lainnya.[2] Artinya dalam seluruh bidang kehidupan manusia beserta problem-problem yang dihadapinya metode pemecahannya adalah sama, yakni dengan menerapkan hukum syariah. Yang berbeda hanya bidang atau obyek yang dihukumi bukan syariahnya.

Inti permasalahan ekonomi yang harus dipecahkan adalah permasalahan perolehan kegunaan –permasalahan ini berasal dari pandangan kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan– untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka mempertahankan hidup. Karena itu diperlukan suatu mekanisme yang mengatur dan mengarahkan manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Dalam hal ini manusia dipandang sebagai individu yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya secara menyeluruh sesuai dengan kapasitasnya sebagai manusia bukan dipandang secara kolektif.[3]

Untuk memecahkan permasalahan ekonomi tersebut an-Nabhani menggariskan perlunya hukum-hukum yang mengatur kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan (disebut juga tiga kaidah perekonomian), serta suatu politik ekonomi dalam rangka pemecahan permasalahan ekonomi.[4]

Adapun politik ekonomi Islam merupakan pemecahan masalah utama yang dihadapi setiap orang sebagai manusia yang hidup dengan interaksi-interaksi tertentu, serta memungkinkan orang tersebut untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan gaya hidup tertentu yakni yang berlandaskan syariat Islam.[5]

Paradigma Ri’ayah

Paradigma ri’ayah adalah paradigma yang menjadikan pengaturan dan pemeliharaan urusan rakyat sebagai mindset kebijakan (ri’ayatu as-su’un al-ummah).[6] Maksudnya setiap pemegang kebijakan pemerintahan dia harus menjadikan kebijakannya dalam rangka pemeliharaan urusan rakyat. Dalam konsepsi Islam, maka pengaturan dan pemeliharaan urusan rakyat tersebut dilakukan menurut syariat Islam.

Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya.”

Dengan paradigma ri’ayah kebijakan ekonomi dan pembangunan serta pengambilan keputusannya berorientasi pada pemenuhan dan penjagaan urusan ekonomi rakyat dengan standar halal haram. Dengan paradigma ini juga, maka problem ekonomi dan kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari politik. Sebab pengambilan keputusan atas suatu kebijakan ekonomi dan pembangunan merupakan wilayah kewenangan pemerintahan yang tidak lain merupakan lembaga politik. Sehingga membahas ekonomi Islam tidak boleh dilepaskan dari pembahasan tentang politik atau pemerintahan. Dengan kata lain tidak boleh kita membahas ekonomi dalam sudut pandang Islam tetapi di sisi lain konsepsi sistem politik yang diadopsi justru konsepsi Kapitalisme dan sekularisme. Jika ini yang dilakukan maka ekonomi Islam tidak pernah jadi dan tidak pula dapat memecahkan problem ekonomi.

Dengan paradigma ri’ayah pemerintah memikul tanggung jawab besar yakni memecahkan problem dan berposisi sebagai perisai yang melindungi rakyat. Bagaimana tanggung jawab pemerintahan dalam Islam atas rakyatnya digambarkan oleh Khalifah Umar bin Khattab berikut ini:

“Andaikan ada seekor hewan melata di wilayah Irak yang kakinya terperosok di jalan, aku takut Allah akan meminta pertanggung-jawabanku karena tidak memperbaiki jalan tersebut.”[7]

Dalam konteks kepemimpinan dan pembangunan yang telah dijalankan selama ini, kita merasakan lambatnya pemerintah melakukan pelayanan terhadap rakyatnya. Misal bila ada jalan umum yang rusak maka harus menunggu waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya. Kebijakan ekonomi juga terkesan tidak adil sebab pertumbuhan ekonomi dijadikan acuan dalam pembangunan yang mengakibatkan kebijakan lebih berpihak kepada para investor daripada rakyat. Akibatnya pembangunan justru melahirkan kemiskinan dan ketimpangan.

Pandangan Islam tentang Ekonomi

Menurut an-Nabhani, ekonomi merupakan kegiatan mengatur urusan harta kekayaan, baik menyangkut kegiatan untuk memperbanyak jumlah kekayaan serta menjaga pengadaannya yang dibahas dalam ilmu ekonomi, maupun kegiatan yang mengatur mekanisme distribusi kekayaan yang dibahas dalam sistem ekonomi. Berdasarkan hal ini maka pembahasan tentang ekonomi harus dipisahkan menjadi pembahasan tentang ilmu ekonomi dengan sistem ekonomi.[8]

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang membahas tentang produksi dan kualitasnya serta bagaimana menentukan dan memperbaiki sarana-sarananya. Ilmu ekonomi bersifat universal karena merupakan sains murni yang tidak dipengaruhi oleh pandangan hidup tertentu.[9] Sedangkan yang dimaksud dengan sistem ekonomi membahas bagaimana distribusi kekayaan dan kepemilikan, serta transaksi yang berkaitan dengan kekayaan tersebut. Sistem ekonomi bersifat khas dan dipengaruhi oleh pandangan hidup tertentu.[10]

Dalam ruang lingkup sistem ekonomi inilah Islam menetapkan adanya syariat. Dengan demikian, dalam konsepsi ekonomi Islam hanya berbicara tentang masalah bagaimana cara memperoleh kekayaan, mengelola kekayaan, dan bagaimana mendistribusikan kekayaan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan hal ini hukum-hukum yang berkaitan dengan ekonomi dibangun berdasarkan pada tiga kaidah, yaitu kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat. Selanjutnya ketiga kaidah ini disebut kaidah perekonomian.[11]

Sistem Kepemilikan

Kepemilikan atas kekayaan hakikatnya adalah milik Allah. Allah melalui hukum-hukum-Nya telah menyerahkannya kepada manusia untuk diatur dan dibagikan.[12] Kepemilikan dalam Islam meliputi tiga jenis, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Hukum syara’ atas ketiga jenis kepemilikan ini berbeda.

Kepemilikan individu merupakan hukum syara’ yang berlaku bagi zat ataupun kegunaan (utility) tertentu sehingga siapa saja dapat memanfaatkan dan memilikinya.[13] Pengakuan Islam atas kepemilikan individu merupakan pengakuan atas fitrah manusia itu sendiri yakni naluri mempertahan diri. Namun Islam mengatur kepemilikan individu sehingga seseorang tidak menzalimi orang lain ataupun merusak kepentingan sosial ekonomi masyarakat. Dengan aturan ini, maka individu tidak boleh menguasai aset-aset ekonomi yang termasuk ke dalam kepemilikan negara dan kepemilikan umum.

Kepemilikan umum adalah izin Allah kepada suatu komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan benda, yakni benda-benda yang telah dinyatakan oleh Allah untuk suatu komunitas dimana mereka masing-masing saling membutuhkan, dan Allah melarang benda tersebut dikuasai oleh individu (swasta). Benda-benda kepemilikan umum ada tiga macam, yaitu:[14]

  • Fasilitas umum yang jika tidak terdapat dalam suatu komunitas dapat menyebabkan sengketa untuk mencarinya.
  • Bahan tambang yang jumlahnya tak terbatas.
  • Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu (swasta).

Kepemilikan negara adalah harta yang menjadi hak kaum muslimin, sementara pengelolaannya menjadi wewenang khilafah, dimana khalifah dapat mengkhususkan sesuatu kepada kaum muslimin sesuai dengan apa yang menjadi pandangannya. Adapun harta-harta yang menjadi milik negara antara lain harta fai’, jizyah, kharaj, dharibah.[15]

Pembentukan Struktur Ekonomi

Problem-problem ekonomi seperti kemiskinan dan ketimpangan merupakan problem yang timbul dari kekacauan struktur ekonomi. Inti masalahnya terletak pada distribusi kekayaan sehingga untuk memecahkan harus fokus pada masalah ini.

Untuk itu bagaimana pembentukan struktur ekonomi yang menjadi domain kebijakan negara harus mengacu pada konsepsi ekonomi Islam. Sedangkan pembentukan struktur ekonomi ini merupakan faktor utama penentu keberhasilan pembangunan.

Struktur pertama yang harus dirombak adalah struktur sistem kepemilikan. Pembagian sistem kepemilikan menjadi kepemilikan individu, kepemilikan negara, dan kepemilikan umum merupakan langkah pembentukan struktur ekonomi yang sangat penting.

Selama ini pembangunan di negeri kita menghasilkan orang-orang super kaya di satu sisi dan kemiskinan di sisi lain sehingga terjadi ketimpangan yang sangat lebar. Empat puluh orang terkaya di Indonesia sebagaimana laporan Forbes terbaru memiliki kekayaan setara 60% APBN Indonesia. Sebagian besar kekayaan mereka diperoleh dari penguasaan SDA yang dalam ekonomi Islam sebenarnya tidak boleh dikuasai individu melainkan harus dikelola negara. Inilah yang menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan akibat struktur ekonomi yang dikuasai sekelompok kecil orang saja.

Barang tambang, hutan, dan migas masuk dalam harta milik umum yang harus dikelola negara. Hasil dari pengelolaan kepemilikan umum tersebut digunakan sebagai sumber pemasukan APBN untuk membiayai pembangunan.

Banyak korporat asing dan swasta yang menjadi besar dan sangat kaya karena selama ini mereka diberikan kuasa untuk mengelola pertambangan dan migas. Misalnya ExxonMobile yang bergerak dalam sektor migas memiliki pendapatan empat kali APBN Indonesia.

Contoh lainnya Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai produsen batubara nasional, pada tahun 2009 berhasil mengekspor batubara senilai US$ 4,4 miliar atau sekitar Rp 40 trilyun. Namun hasil ekspor tersebut yang nilainya 20 kali dari APBD Kalsel tidak jatuh ke tangan negara melainkan ke tangan investor.

Struktur kedua yang harus dirombak adalah yang berkaitan dengan masalah pengembangan kekayaan atau investasi. Sistem ekonomi kapitalis menciptakan kegiatan ekonomi berbasis riba dan judi sehingga perbankan dan bursa saham menjadi poros ekonomi. Akibatnya ekonomi didominasi sektor keuangan yang mempercepat tingkat ketimpangan.

Dalam Islam semua transaksi ekonomi dan pengembangan kekayaan harus terikat hukum syara’ dengan akad-akad yang syar’i dan adil. Wilayah transaksi pun hanya berada di sektor riil pada basis-basis kegiatan ekonomi yang dihalalkan syariah. Tidak ada dikotomi antara sektor riil dan sisi moneter. Sistem moneter hanya berkaitan dengan sistem mata uang emas dan perak, serta tidak ada kegiatan ekonomi yang terakit dengan riba, judi, dan spekulasi. Hal ini dinyatakan Allah dalam QS. Al-Baqarah 275.

Struktur ketiga adalah terciptanya suatu kondisi di mana setiap warga negara dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Politik ekonomi Islam harus menjadi basis kebijakan ekonomi. Politik ekonomi Islam adalah politik yang menjamin setiap warga negara dapat memenuhi kebutuhan pokok dan mendorong mereka untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya. Politik ini mencegah kebiijakan negara yang pro pertumbuhan dan pemilik modal, serta anti rakyat sebagaimana yang terjadi di Indonesia saat ini.

Kesimpulan

Berdasarkan konsepsi ini maka peranan negara menjadi sangat penting dalam mengaplikasikan ekonomi Islam. Tanpa negara, ekonomi Islam tidak akan dapat berkontribusi untuk memecahkan masalah ekonomi dan pembentukan struktur ekonomi yang adil. Begitu pula tanpa meng-Islamkan negara tidak dapat juga Islam menjadi poros kebijakan ekonomi dan pembangunan. [JURNAL EKONOMI IDEOLOGIS]

Jurnal Ekonomi ; Rekonstruksi Sistem Kepemilikan SDA untuk Kesejahteraan Rakyat

Pengantar

Siapa yang tidak kenal Kalimantan? Pulau terbesar di Indonesia ini menyimpan segudang kekayaan alam. Kekayaan sumber daya alam Kalimantan meliputi kehutanan, pertanian, perkebunan, dan pertambangan.

Dalam Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi yang dipublikasikan Bank Indonesia[1], Kalimantan Timur menempati peringkat kedua setelah Papua sebagai provinsi yang memiliki keunggulan di sektor pertambangan dan penggalian sedangkan Kalimantan Selatan menempati peringkat ketujuh. Pada sub sektor minyak dan gas bumi, Kalimantan Timur tempati peringkat kedua di bawah Riau. Untuk sub sektor pertambangan tanpa migas Kalimantan Selatan berada diperingkat ketiga di bawah Papua dan Nusa Tenggara Barat.

Hanya saja limpahan kekayaan alam tersebut tidak serta merta mengangkat derajat kehidupan penduduk di Kalimantan secara adil dan merata apalagi untuk seluruh rakyat Indonesia. Justru negara melalui berbagai regulasi dan kebijakan membuka kesempatan luas terjadinya penghisapan ekonomi di Kalimantan.

Kutukan Globalisasi

Mengapa wilayah yang kaya SDA justru mengalami pemburukan kinerja dari sisi kesejahteraan masyarakat? Joseph Stiglitz dalam bukunya Making Globalization Work menyebut masalah ini sebagai “kutukan SDA” (natural resource curse).[2]

Menurut Stiglitz, buruknya kinerja tersebut disebabkan oleh banyaknya negara berkembang yang perekonomiannya sangat bergantung pada SDA dan paradoks negara kaya SDA cenderung menjadi negara kaya dengan penduduk yang miskin. Stiglitz menekankan paradoks ini sebagai kegagalan globalisasi yang menjadi pusat kepentingan negara-negara maju.[3]

Secara nasional Kalimantan berkontribusi 9,20% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia yakni sebesar Rp422,7 trilyun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 66,57% Produk Domestik Regional Bruto Kalimantan disumbangkan oleh provinsi Kalimantan Timur (lihat grafik di samping).

Besarnya kontribusi Kaltim terhadap pembentukan PDRB Kalimantan disebabkan oleh potensi pertambangan di provinsi ini jauh lebih besar dibandingkan provinsi lainnya. Struktur PDRB Kaltim sendiri 47,13% disumbangkan oleh sektor pertambangan. Hal ini berbeda dengan provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang peran sektor pertambangannya jauh lebih kecil masing-masing 1,48% dan 7,44%. Hanya provinsi Kalimantan Selatan saja yang sektor pertambangannya cukup besar yakni 21,40%.

Meskipun PDRB Kaltim sangat besar bukan jaminan Kaltim tidak ada masalah. Justru provinsi yang paling kaya di Indonesia ini memiliki kinerja yang memprihatinkan dalam upaya mengangkat kesejahteraan rakyatnya. Jikalau output total perekonomian Kaltim (PDRB) diibaratkan sebagai kue, maka hanya sebagian kecil kue saja yang dapat dimakan penduduk Kaltim. Hal yang serupa juga berlaku untuk provinsi lainnya.

Dengan PDRB Rp 281,4 trilyun maka PDRB perkapita Kaltim tahun 2009 mencapai Rp 88,90 juta sehingga menempatkan pendapatan perkapita provinsi ini tertinggi di Indonesia. Anehnya dengan pendapatan rata-rata di atas kertas Rp 7,41 juta per bulan, tingkat pengeluaran perkapita penduduk Kaltim hanya Rp 622.754 saja di mana 45,45% di antaranya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan (lihat lampiran).

Data tersebut menggambarkan adanya gap yang sangat lebar antara pendapatan perkapita di atas kertas dengan pengeluaran perkapita penduduk. Gap ini merupakan indikator terjadinya penghisapan ekonomi. Dari data ini dapat diukur berapa tingkat penghisapan ekonomi.[4]

Tingkat penghisapan ekonomi di Kaltim adalah yang tertinggi di Kalimantan yakni sebesar 90,65%. Berdasarkan perhitungan ini dari Rp 281,4 trilyun PDRB Kaltim hanya 9,35% saja yang dapat dinikmati penduduk selebihnya (90,65%) lari ke luar khususnya ke Jakarta dan ke luar negeri.

Tingkat penghisapan ekonomi provinsi lainnya juga sangat parah tetapi masih di bawah Kaltim. Tingkat penghisapan ekonomi di provinsi Kalbar mencapai 61,98% sedangkan Kalteng dan Kalsel masing-masing 69,02% dan 59,18%. Fakta ini menunjukkan paradoks yang disebutkan oleh Stiglitz. Wilayah yang kaya SDA menjadi kaya dalam ukuran makro (PDRB) tetapi rakyatnya tidak dapat lepas dari kemiskinan karena terjadinya penghisapan.

Kaltim membuktikan sebagai provinsi yang paling besar potensi kekayaan SDA-nya sehingga menjadi provinsi yang paling kaya dalam ukuran makro ekonomi tetapi sebagian penduduknya masih hidup dalam kemiskinan. Dengan standar kemiskinan BPS yang sangat rendah saja, tingkat kemiskinan 2009 di Kaltim mencapai 7,66%. Lebih ironis lagi tingkat pengangguran Kaltim tahun 2009 adalah yang tertinggi di Kalimantan yakni sebesar 11,09%. Tingkat pengangguran ini berada di atas rata-rata tingkat pengangguran nasional 8,14%.

Tingkat pengangguran di provinsi Kalbar 5,63%, Kalteng 4,53%, dan Kalsel 6,75% lebih rendah dari Kaltim karena peran sektor pertanian sebagai penyerap tenaga kerja dalam struktur PDRB masih cukup besar. Peran sektor pertanian Kaltim hanya 5,76% saja sedangkan ketiga provinsi lainnya peran sektor pertanian di atas 20%.

Data-data yang disebutkan di atas membuktikan wilayah yang memiliki kekayaan SDA melimpah akan mengundang penghisapan ekonomi yang lebih besar dibandingkan wilayah yang kekayaan SDA-nya lebih kecil. Meskipun demikian tidak benar bahwa faktor kekayaan SDA menjadi sumber kutukan. Sebab fasilitator penghisapan ekonomi tersebut bukanlah kekayaan SDA itu sendiri melainkan sistem dan aturan kapitalis dan sekuler yang diterapkan di negeri kitalah penyebabnya.

Dalam hal ini globalisasi ekonomi yang didorong oleh motif-motif imperialis negara-negara maju menjadi aktor kunci penghisapan ekonomi di negara-negara berkembang. Negara-negara Kapitalis dengan berkedok globalisasi “mengunci” posisi negara-negara berkembang dalam pusaran liberalisasi ekonomi dan pasar bebas.

Globalisasi membentuk pemahaman bahwa kemakmuran suatu negara dapat diciptakan dengan mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi jalan percepatan bagi sebuah negara (termasuk provinsi) untuk mencapai kemakmuran. Pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan manakala pemerintah pusat dan daerah fokus pada kebijakan peningkatan PDB dan PDRB.

Upaya ini otomatis mendorong pemerintah untuk memperbesar APBN melalui utang. Pemerintah juga dengan sendirinya melakukan liberalisasi ekonomi dan SDA untuk menarik masuknya investor, mencabut subsidi, menaikkan harga barang publik, serta meningkatkan surplus ekspor dari komoditas primer.

Pada tahun 2010 nilai ekspor Kaltim mencapai US$ 25,012 milyar, sedangkan Kalsel US$ 6,37 milyar, Kalbar US$1,05 milyar, dan Kalteng US$ 0,44 milyar. Dengan angka tersebut kontribusi Kaltim terhadap ekspor nasional mencapai 15,90%. Inilah bukti cara penghisapan melalui ekspor SDA yang kemudian hasil-hasilnya berpindah ke tangan para investor baik di Jakarta maupun di luar negeri.

Globalisasi membingkai pertumbuhan ekonomi, investasi asing, dan ekspor menjadi istilah “sakti” yang selalu diinginkan pemerintahan dunia berkembang termasuk para kepala daerah di tingkat provinsi dan kabupaten. Padahal manakala pemerintahan daerah mengambil kebijakan tersebut, sesungguhnya mereka telah menjerumuskan rakyatnya dalam kancah global yang imperialis dengan wawasan lokal. Sangat berbahaya dan itu sudah dibuktikan oleh provinsi-provinsi di Kalimantan yang terkena “kutukan globalisasi”.

Politik Ekonomi Islam

Penghisapan ekonomi terjadi karena kita selama ini mempercayai politik pertumbuhan sebagai politik ekonomi yang harus dijalankan. Menurut Abdurrahman al-Maliki[5] politik pertumbuhan merupakan politik ekonomi kapitalis yang menempatkan pertambahan pendapatan nasional sebagai asas perekonomian.

Metode ini hanya memperhatikan bagaimana besaran pendapatan nasional dapat bertambah yang ditandai dengan meningkatnya angka PDB. Metode ini juga menempatkan fokus perhatian negara pada faktor-faktor yang menjadi pendorong pertumbuhan yakni konsumsi masyarakat secara total, tingkat investasi, belanja negara yang dibiayai utang, dan ekspor.

Dalam konteks ini fokus pemecahan masalah ekonomi berkutat pada produksi nasional dalam rangka mendapatkan angka pertumbuhan yang signifikan. Sedangkan warga negara sebagai manusia yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya secara layak tidak mendapatkan perhatian untuk dipecahkan masalahnya. Fakta tentang penghisapan ekonomi di Kalimantan membuktikan masalah ini.

Dengan demikian jelaslah kekeliruan politik pertumbuhan sebagai asas perekonomian yang diterapkan di negara kita. Sedangkan masalah ekonomi sesungguhnya terletak pada pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga negara secara menyeluruh dan ini adalah tentang masalah distribusi kekayaan. Jadi politik ekonomi suatu negara seharusnya berpijak pada pemecahan masalah distribusi kekayaan.

Menurut Taqiyuddin an-Nabhani[6] politik ekonomi Islam menjadikan distribusi kekayaan sebagai fokus perhatian. Politik ekonomi Islam memandang manusia secara individu yang harus dijamin pemenuhan kebutuhan primernya secara layak dan menyeluruh, serta mendorong mereka untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai kadar kemampuan masing-masing.

Politik ekonomi Islam tidak memandang manusia secara kolektif sebagaimana politik pertumbuhan sistem ekonomi Kapitalis yang memecahkan masalah ekonomi dengan cara peningkatan pendapatan nasional tanpa memperhatikan lagi siapa yang memiliki dan menikmatinya.

Ketika Islam tidak menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai politik ekonomi, bukan berarti perekonomian dalam Islam tidak mengalami pertumbuhan. Sebab politik pertumbuhan dengan ekonomi yang tumbuh adalah dua hal yang berbeda.

Untuk merealisasikan politik ekonomi Islam pemerintah harus mengadopsi Syariah sebagai aturan resmi negara. Dalam hal ini pemerintah harus merekonstruksi ulang aturan tentang sistem kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, dan distribusi kekayaan berdasarkan aturan Syariah.

Rekonstruksi Sistem Kepemilikan SDA

Politik pertumbuhan menyebabkan terjadinya penghisapan ekonomi yang sangat parah di Kalimantan. Langkah mutlak untuk menghentikan penghisapan tersebut adalah dengan cara merekonstruksi sistem kepemilikan atas SDA. Rekonstruksi sistem kepemilikan dalam Islam dilakukan dengan membagi kepemilikan ke dalam tiga jenis, yakni kepemilikan individu, kepemilikan negara, dan kepemilikan umum. Ini merupakan jalan pertama untuk menciptakan struktur ekonomi yang adil dalam perekonomian.

Kepemilikan individu adalah hukum syara’ yang berlaku bagi zat ataupun kegunaan (utility) tertentu sehingga siapa saja dapat memanfaatkan dan memilikinya.[7] Sedangkan kepemilikan negara adalah harta yang menjadi hak kaum muslimin, sementara pengelolaannya menjadi wewenang khalifah.[8]

Adapun kepemilikan umum merupakan izin Allah kepada suatu komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan benda, yakni benda-benda yang telah dinyatakan oleh Allah untuk suatu komunitas dimana mereka masing-masing saling membutuhkan, dan Allah melarang benda tersebut dikuasai oleh individu (swasta). Benda-benda kepemilikan umum ada tisga macam, yaitu:[9]

  • Fasilitas umum yang jika tidak terdapat dalam suatu komunitas dapat menyebabkan sengketa untuk mencarinya.
  • Barang tambang yang jumlahnya tak terbatas.
  • Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu (swasta).

Merekonstruksi kekayaan SDA Kalimantan ke dalam sistem kepemilikan Islam berarti menjadikan barang tambang yang tidak terbatas (dalam ukuran individu) dan hutan Kalimantan sebagai harta milik umum. Aplikasinya dengan menjadikan sumber daya migas, batubara, hutan, dan tambang mineral menjadi hak milik umat. Konsekwensinya adalah melarang individu termasuk investor asing menguasai kekayaan SDA tersebut.

Adapun fungsi negara terhadap kekayaan SDA adalah sebagai wakil umat yang berkewajiban mengelolanya untuk kesejahteraan rakyat dan kemandirian negara. Di sini fungsi negara hanya sebagai pengelola bukan sebagai pemilik. Karenanya haram hukumnya jika negara menyerahkan penguasaan dan pengelolaan harta milik umum tersebut ke tangan swasta dana asing.

Jika rekonstruksi sistem kepemilikan SDA ini disimulasikan, maka kita tidak perlu bertanya kemana perginya kekayaan SDA Kalimantan atau bahkan kekayaan alam Indonesia secara keseluruhan. Sebagai contoh, ekspor Kaltim tahun 2010 sebesar US$ 25,12 milyar. Karena sebagian besar ekspor Kaltim yakni US$ 23,61 milyar[10] adalah barang tambang maka hasilnya harus masuk ke dalam kas negara pada pos penerimaan harta milik umum. Nilai ekspor barang tambang tersebut setara dengan Rp 212,49 trilyun atau kurang lebih 20% dari rencana pendapatan negara dalam APBN 2011.

Kekayaan SDA dalam bentuk barang tambang adalah sebagian kecil dari harta milik umum. Jika seluruh potensi kekayaan ekonomi kita yang termasuk harta milik umum diperhitungkan maka jumlahnya sangat besar. Dengan menerapkan struktur kepemilikan dalam perekonomian nasional berdasarkan Syariah Islam, maka akan terbentuk struktur ekonomi dimana sebagian besar aset ekonomi termasuk harta milik umum. Selebihnya masuk harta milik individu dan milik negara (lihat grafik struktur kepemilikan dalam perekonomian di atas).

Metode ini tidak mengabaikan hak individu dalam kegiatan ekonomi. Justru struktur kepemilikan ini merupakan sebuah metode untuk menjamin keadilan dalam distribusi kekayaan dan mencegah penghisapan ekonomi. Dengan cara ini sektor swasta tidak dapat menguasai harta milik umum termasuk harta milik negara.

Apa yang terjadi di negeri kita seperti di Kalimantan, sektor swasta (sebagian besar diantaranya adalah asing) menguasai harta milik umum. Sehingga berapapun pertumbuhan ekonomi dapat digenjot hanya akan memperbesar kekayaan sekelompok kecil orang yang disebut pemilik modal. Sebaliknya rakyat yang berhak atas harta milik umum tersebut tetap hidup dalam kemiskinan. Pada saat yang sama agregat makro ekonomi dalam bentuk pendapatan nasional (PDB) terus bertambah besar ukurannya.

Tentu saja setiap kekayaan yang menjadi bagian dari harta milik umum dan juga bagian yang menjadi harta milik negara seluruhnya kembali pemanfaatannya kepada setiap individu yang menjadi warga negara dalam bentuk penyediaan barang publik dan pelayanan umum oleh negara. Ini adalah wujud dari politik negara dalam sistem Islam, yakni politik ri’ayah su’unil ummah.

Politik ini adalah sistem politik yang menempatkan negara sebagai pelayan dan pengatur urusan umat dengan menerapkan Syariah Islam secara totalitas. Bukan seperti negara Kapitalis-Sekuler dan sistem politik demokrasi yang menjadikan negara dan rakyat sebagai “hamba sahaya” dari para pemilik modal.

Penutup

Kalimantan adalah salah satu berkah Allah yang dianugerakan kepada kita selaku umatnya. Namun karena negara kita mengadopsi sistem Kapitalis-Sekuler maka yang terjadi bukan keberkahan yang kita raih melainkan kesengsaraan. Perekonomian kita dan kekayaan alam yang ada di atas bumi Kalimantan termasuk wilayah Indonesia lainnya menjadi obyek penghisapan Kapitalisme global dan Kapitalisme lokal.

Karena itu merekonstruksi sistem kepemilikan SDA sesuai aturan Syariah menjadi agenda yang tidak bisa ditawar-tawar lagi jika kita secara sungguh-sungguh menginginkan pemecahan masalah. Rekonstruksi ini membutuhkan kesadaran dan political will dari semua kalangan khususnya negara. Rekonstruksi ini juga harus diikuti dengan pengadopsian Syariah secara totalitas baik dalam wujud sistem kenegaraan dan politik, maupun dengan rekonstruksi sistem perundang-undangan dan penerapan politik ekonomi Islam. InsyaAllah [JURNAL EKONOMI IDEOLOGIS]

Hidayatullah Muttaqin adalah Dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat dan Direktur Institut Ekonomi Ideologis.

Lampiran

Tabel Perbandingan Potensi dan Masalah Ekonomi di Kalimantan

No Provinsi PDRB 2009 ADHB( trilyun) Kontribusi Nasional(%) Ekspor 2010($ milyar) Kontribusi Ekspor Nasional (%) Jumlah Penduduk 2009(Juta) Pengangguran Terbuka 2009 (%) Tingkat Kemiskinan 2009  (%)
1 Kalimantan Barat 53,9 1,18 1,05 0,66 4,319 5,63 9,02
2 Kalimantan Tengah 36,2 0,79 0,44 0,28 2,086 4,53 6,77
3 Kalimantan Selatan 51,2 1,12 6,37 4,04 3,496 6,75 5,21
4 Kalimantan Timur 281,4 6,15 25,012 15,90 3,165 11,09 7,66

Sumber: BPS, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Februari 2011 dan Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial ekonomi Indonesia Agustus  2010, termasuk Berita Resmi Statistik dari BPS Provinsi di Kalimantan, diolah.

Makalah PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (RETURN )

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP
PERUBAHAN HARGA SAHAM (RETURN) SEBELUM
DAN SESUDAH EX –DIVIDEND DATE DI
BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)
R. Andi Sularso
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Jember
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengumuman
ex-dividend date di Bursa Efek Jakarta, dengan mengambil sampel 14
saham. Sampel dibagi menjadi dua, yaitu dividen naik dan dividen turun.
Periode penelitian selama 120 hari yang dibagi menjadi dua periode yaitu
periode estimasi selama 90 hari dan periode peristiwa selama 30 hari
termasuk 15 hari sebelum dan sesudah event.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study yang
akan mengamati pergerakan harga saham di pasar modal. Untuk menguji
adanya reaksi harga dilakukan tes abnormal return selama periode
peristiwa dengan analisis perhitungan berdasarkan konsep model-model
keseimbangan yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan dengan
melakukan pengujian abnormal return terhadap dividen naik dan dividen
turun pada saat ex-dividend date.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi 10%
ada 2 hari kerja yang masih menghasilkan abnormal return yang
signifikan pada dividen naik, yaitu hari ke 4 sebelum event date sebesar –
0,001102 atau sekitar 0,1% dan pada hari ke 5 setelah event date sebesar –
0,032184 atau sekitar 3%. Sedangkan pada dividen turun menunjukkan
bahwa ada 3 hari bursa yang masih memberikan abnormal return yang
signifikan, yaitu pada hari ke 13 dan pada hari ke 2 sebelum event date
sebesar 0,028263 atau sekitar 2% dan 0,0166274 atau sekitar 1%, serta
pada hari ke 5 setelah event date sebesar 0,029105 atau sekitar 3%.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa harga saham bereaksi negatif
terhadap informasi pengumuman dividen naik pada saat ex-dividen date,
dan bereaksi positif terhadap informasi pengumuman dividen turun pada
saat ex-dividend date.
Kata kunci: Ex-dividend date, return, CAPM.

ABSTRACT
This research objective is to analyze the influence of ex-dividend date
announcement in the Jakarta Stock Exchange by taking 14 samples of
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
2                                      Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 1 – 17
shares. There are two kinds of samples, increasing dividend and
decreasing divindend. 120-days of observation will be divided into 90-days
estimation period and 30-days event period, including 15 days before and
after the event.
The method used in this research is event study that observe the stock
price movement in the capital market. To examine the existence of price
reaction, the abnormal return test will be conducted during the event
period with analysis based on the concpet of CAPM (Capital Assets Pricing
Model) and the abnormal return test to the increasing and decreasing
dividend at the ex-dividend date.
The result indicate that at the significant level of 10%, there are two
working days which yield the abnormal return that is significant at the
increasing dividend. Those are the fourth day before the event date with
the value of 0.0011102 or around 0.1%, and the fifth day after the event
date with the value of –0.32184 or approximately 3%. Whereas the
decreasing divideng reveals that there are three days that deliver the
abnormal return which is significant. Those are thirteentg and the second
day before the event date with the value of 0.028263 or approximately 2%
and 0.0166274 or approximately 1%, as well as at the fifth day after the
event date with the value of 0.029105 or 3%.
The final conclusion is that stock price will negatively reacted to the
announcement of increasing dividend at the ex-dividend date and
positively reacted to the announcement of the decreasing dividend at the
ex-dividend date.
Keywords: Ex-dividend date, return, CAPM.
1. PENDAHULUAN
Pembagian dividen kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu
perusahaan semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan leverage (rasio antara
hutang terhadap ekuitas) akan semakin besar. Dampak yang timbul adalah para
pelaku pasar akan berpikiran negatif terhadap perusahaan. (Campbell and Beranek’s
1995) menyatakan bahwa pembagian dividen tunai kepada pemegang saham akan
menyebabkan harga saham jatuh pada waktu ex-dividend date.
(Elton and Gruber 1980) memberikan penjelasan awal mengenai fenomena ex-
dividend date yang cenderung didasarkan pada perbedaan tarif pajak terhadap dividen
dan capital gain income untuk marginal long-term investor. (Eades et al. 1994)
menyatakan bahwa hasil awal studinya tidak secara jelas dapat diinterpretasikan
sebagai dukungan terhadap pengenaan pajak sebagai suatu variabel penjelas dalam
mengobservasi ex-dividend date. Sedangkan (Michaely and Murgia 1995) melakukan
penelitian tentang perilaku dividen di Milan Stock Exchange (MSX), dengan sampel
yang diteliti adalah investor yang dibagi dalam dua kelompok perdagangan saham
dengan tarif pajak yang berbeda atas pendapatan dividen mereka. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa, terdapat suatu porsi yang signifikan terhadap perdagangan
pada ex-dividend date yang termotivasi karena pajak. Namun demikian, penelitian ini
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
3
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham … (Sularso)
tidak sepenuhnya dapat menjelaskan penyebab penurunan harga saham pada ex-
dividend date.
(Jagannathan and Frank 1998) secara rinci menjelaskan bahwa suatu efek dari
kekuatan ex-dividend date di Hongkong tidak disebabkan oleh pembebanan pajak yang
berbeda pada dividen dan capital gains. Simultinitas kebijakan dividen dan struktur
modal dapat dicermati dari karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan
berpengaruh terhadap simultinitas kebijakan dividen dan struktur modal yang berbeda
pula. Hasil penelitian yang mendukung simultinitas kebijakan dividen dan struktur
modal (Noronha et al. 1996), mengatakan bahwa kebijakan dividen dan struktur modal
dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan, dalam hal tingkat pertumbuhan (        growth)
dan diversitas kepemilikan (blockholder).
Penjelasan lain didasarkan pada pedagang-pedagang jangka pendek yang mencoba
mengambil keuntungan atas perbedaan perlakuan dividen dan capital losses atau
penggunaan dividend capture strategy sebagaimana dilakukan oleh (Kalay 1992),
(Lakonishok and Vermaelen 1986), (Karpoff and Walking 1988) dan (Michaely 1991).
Hasil penelitian tersebut memberikan petunjuk eksplisit bahwa pembagian dividen
akan berdampak terhadap pendanaan perusahaan, karena perusahaan mengeluarkan
dana kas besar untuk pemegang saham. Apabila pembayaran dividen semakin besar,
secara keseluruhan posisi modal akan menurun. Hal ini terlihat dari munculnya
hubungan yang berbanding terbalik antara dividen dengan modal sendiri. Semakin
besar dividen yang dibayar akan mengurangi besarnya laba ditahan, sehingga posisi
modal perusahaan akan turun. Hal ini membuat investor berpikiran negatif sehingga
harga saham perusahaan tersebut pada saat ex-dividend date mengalami penurunan,
sehingga terjadi abnormal return yang negatif.
Berdasarkan temuan-temuan dari penelitian di atas, penulis memandang bahwa
masih diperlukan adanya dukungan teori atas fenomena ex-dividend date ini. Selain itu
penelitian ini juga ingin melihat bagaimana fenomena ex-dividend date pada kondisi
pasar modal di Indonesia. Oleh karena itu, fokus penelitian ini akan menguji tentang
pengaruh yang ditimbulkan oleh pengumuman dividen terhadap perubahan harga
saham pada waktu ex-dividend date di Bursa Efek Jakarta.
1.1 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan return sebelum dan sesudah ex-dividend date dengan adanya
pengumuman dividen naik di Bursa Efek Jakarta?
2. Apakah ada perbedaan return sebelum dan sesudah ex-dividend date dengan adanya
pengumuman dividen turun di Bursa Efek Jakarta?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui perbedaan return yang ditimbulkan oleh pengumuman dividen naik
sebelum dan sesudah ex-dividend date
b. Untuk mengetahui perbedaan return yang ditimbulkan oleh pengumuman dividen
turun sebelum dan sesudah ex-dividend date.
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
4                                     Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 1 – 17
1.3 Kajian Teoritis
1.3.1 Prosedur Pembagian Dividen
Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh pemegang saham.
Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan, tergantung
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Adapun prosedur
pembagian dividen yang aktual menurut (Weston and Brigham 1998) adalah pada
tanggal pengumuman, tanggal pencatatan pemegang saham, tanggal ex-dividend dan
tanggal pembayaran dividen.
a. Tanggal Pengumuman
Adalah tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian
dividen. Misalnya pada tanggal 14 November 2001 direksi PT. ABC mengadakan
pertemuan dan mengumumkan pembagian dividen kuartalan tetap sebesar Rp 40
per saham untuk dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat pada tanggal 8
Desember 2001 dengan pembayaran dilakukan pada tanggal 2 Januari 2002.
b. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (holder of record date)
Adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar
berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Setelah berakhirnya
jam kerja pada tanggal pencatatan pemegang saham (8 Desember 2001), perusahaan
menutup buku transfer sahamnya dan menyusun daftar pemegang saham mulai
tanggal itu. Apabila PT ABC memberitahukan penjualan dan transfer beberapa
saham sebelum pukul 5 sore pada tanggal 8 Desember, maka pemilik saham yang
baru akan menerima dividen. Jika pemberitahuan yang diterima pada atau sesudah
tanggal 9 Desember, pemilik saham lama menerima cek dividen.
c. Tanggal ex-Dividend (Ex-dividend date)
Adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari
sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal
pencatatan saham. Untuk mencegah timbulnya konflik, industri pasar modal telah
menetapkan suatu konvensi yang mengumumkan bahwa hak atas dividen tetap
menyertai saham hingga empat hari kegiatan bisnis sebelum tanggal pencatatan
pemegang saham. Pada hari keempat sebelum tanggal tersebut, hak atas dividen
tidak lagi menyertai saham. Dalam hal ini tanggal ex-dividen adalah 4 hari sebelum
tanggal 8 Desember, yaitu tanggal 4 Desember 2001.
d. Tanggal Pembayaran Dividen (Dividend Payment)
Adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. Dalam
hal ini perusahaan akan mengirimkan ceknya kepada pemegang saham tercatat
pada tanggal 2 Januari 2002.
1.3.2 Dampak Ex-Dividend Date
Investor pada ex-dividend date secara otomatis akan berpikir bahwa pembagian
dividen akan memberikan dampak pada harga saham. Pemikiran ini disebabkan
karena investor telah kehilangan hak atas return dari dividen dan melihat prospek ke
depan perusahaan yang membagi dividen. Pada pemikiran pertama (Husnan 1998),
investor yang berkeinginan mendapat keuntungan dari capital gain, lebih memilih
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
5
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham … (Sularso)
untuk tidak membeli saham tersebut. Dengan demikian harga saham tersebut akan
mengalami penurunan sebanding dengan nilai dari return yang telah hilang.
Sedangkan pada pemikiran kedua, investor melihat bahwa apabila perusahaan
mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar dividen kepada pemegang saham,
maka akan mempengaruhi cash flow perusahaan yang nantinya dapat mengganggu
operasi perusahaan. Apabila dana yang dikeluarkan bisa mengganggu jalannya operasi,
otomatis dapat juga menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Adanya
dua pemikiran tersebut secara logika akan mendorong harga atau nialai saham di
pasar mengalami penurunan.
1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang mengkaji masalah pengaruh pengumuman deviden terhadap
perubahan harga saham pernah diteliti oleh Siti Ratna M. untuk perusahaan yang
Listed di Bursa Efek Surabaya. Penelitian ini menyimpulkan:
1. Pada kelompok dividen naik, menunjukkan bahwa masih terdapat abnormal return
yang signifikan pada sekitar tanggal pengumuman dividen;
2. Pada kelompok dividen turun menunjukkan bahwa ada satu hari bursa yang masih
memberikan abnormal return yang signifikan; dan
3. Pada kelompok dividen tetap menunjukkan bahwa masih terdapat abnormal return
yang signifikan pada satu hari bursa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Siti Ratna M. adalah penelitian ini
melihat pengaruh pengumuman dividen terhadap return sebelum dan sesudah ex-
dividend date, sedangkan penelitian Siti Ratna M. melihat kemungkinan terjadi
abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan empiris maka peneliti mengajukan hipotesis kerja
(hipotesis alternatif) sebagai berikut:
H1: terdapat perbedaan return sebelum dan sesudah ex-dividend date dengan adanya
pengumuman dividen naik di Bursa Efek Jakarta.
H2: terdapat perbedaan return sebelum dan sesudah ex-dividend date dengan adanya
pengumuman dividen turun di Bursa Efek Jakarta.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan sebelumnya merupakan event study, yang bertujuan
untuk mengetahui adanya pengaruh berdasarkan suatu peristiwa (event). Mengacu
pada penelitian sebelumnya, penelitian ini juga dilakukan berdasarkan suatu peristiwa
(event), dengan adanya informasi pengumuman dividen.
2.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
6                                       Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 1 – 17
sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan maksud untuk tujuan
tertentu (peneliti). Kriterianya sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun
2000-2002, dan mengeluarkan dividen, sehingga ex-dividend date bisa diketahui;
2. Data tanggal pengumuman dividen selama periode tersebut tersedia di bursa atau
media massa; dan
3. Adanya kecukupan data.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas, diperoleh sampel sebanyak 14 saham
perusahaan yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Perusahaan yang mengumumkan dividen naik sebanyak lima saham. Perusahaan-
perusahaan tersebut adalah PT Aneka Tambang Tbk, PT Asuransi Ramayana Tbk,
Semen Gresik (Persero) Tbk, PT Sepatu Bata Tbk dan PT Tempo Scan Pacific Tbk.
yang selama tahun 2000-2002 telah terjadi kenaikan jumlah dividen yang akan
dibagikan pada investor; dan
2. Perusahaan yang mengumumkan dividen turun sebanyak sembilan saham.
Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Asuransi Harta Aman P. Tbk, PT
Ekadharma Tape Industry Tbk, PT Eratex Djaja Limited Tbk, PT Igarjaya Tbk, PT
Indosat Tbk, PT Lautan Luas Tbk, PT Maskapai Reasuransi Ind. Tbk, PT Roda
Vivatex Tbk dan PT Timah Tbk. yang selama tahun 2000-2002 mengalami
penurunan dalam pembagian jumlah dividen kepada para investor.
2.2 Beberapa Pengertian dan Pengukurannya
1. Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date
Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan
(closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham. Dengan
demikian data yang diambil dalam penelitian ini adalah data closing price untuk
masing-masing saham sebelum dan sesudah ex-dividend date selama periode
penelitian di Bursa Efek Jakarta.
2. Abnormal Return
Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara tingkat
keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal
return ini bisa bernilai positif ataupun negatif.
3. Return Individual
Return individual adalah tingkat keuntungan harian untuk masing-masing saham.
Return individual ini merupakan prosentase dari ln harga saham pada saat ini
dibagi harga saham pada saat sebelumnya. Formulasinya (Manurung 1997) adalah:
Pt
R it = Ln
Pt -1
dimana:
Pt = harga saham i pada periode t
Pt-1 = harga saham i pada periode t-1
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
7
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham … (Sularso)
4. Expected Return (E(Rit))
Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan untuk masing-masing
saham. Tingkat keuntungan yang diharapkan dapat dihitung berdasarkan model-
model keseimbangan atau Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang menyatakan
bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan
tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan premi risiko, yang dapat
diformulasikan: (Husnan 1998)
E(R it ) = R f + (R m − R f )â
dimana:
E(Rit) =   tingkat keuntungan saham yang diharapkan
Rf      =  tingkat bunga bebas risiko
Rm      =  tingkat keuntungan pasar
B       =  tingkat risiko sistematis
Sedangkan â dapat diperoleh dengan rumus: (Husnan dkk. 1994)
∑ (R − R ) − n( R − R             )( R i − R f )
â=         m      f          m      f
∑ (R − R ) − n( R            − R f )2
2
m       f           m
5. Return Pasar
Return pasar adalah tingkat keuntungan seluruh saham yang terdaftar di Bursa.
Return pasar diwakili oleh IHSG. IHSG menunjukkan indeks harga saham dari
seluruh saham yang listed di Bursa yang dapat diformulasikan sebagai berikut:
(Manurung 1997)
IHSG t
R m t = Ln
IHSG t -1
dimana:
IHSGt     = Indeks Harga Saham Gabungan periode t
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1
6. Risk Free (Rf)
Risk free merupakan tingkat keuntungan bebas risiko yang diperoleh dengan
menggunakan rata-rata tingkat bunga deposito 1 bulanan dari bank-bank umum.
Untuk mendapatkan R harian, dapat dihitung dengan membagi tingkat bunga
f
deposito 1 bulanan dengan 360 hari (1 tahun diasumsikan 360 hari).
7. Informasi
Informasi adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam pasar modal maupun di
luar pasar modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan harapan dapat
digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan keputusannya. Informasi
di pasar modal terdiri atas informasi yang dipublikasikan ( ublic information) dan
p
informasi yang tidak dipublikasikan (private information). Informasi yang
dipublikasikan, yaitu informasi yang sudah diketahui oleh masyarakat umum dan
memang sengaja untuk diberitahukan. Informasi yang tidak dipublikasikan, yaitu
informasi yang hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia.
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
8                                      Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 1 – 17
Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu
dicari oleh pelaku pasar modal untuk keperluan pengambilan keputusan investasi,
karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun yang
tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham. Untuk itu
investor harus memperoleh informasi yang merata dan transparan, sehingga dapat
mengambil keputusan kapan saat membeli dan menjual sahamnya dengan harga
yang wajar. Penilaian tersebut mengakibatkan harga saham berubah dengan cepat
sesuai dengan informasi yang tersedia di pasar. Informasi yang tersedia tersebut
telah tercakup dalam harga saham yang lalu. Agar investor dapat memperoleh
return maka investor harus mempergunakan berbagai bentuk analisis berdasarkan
informasi yang diperoleh. Dalam menganalisis penelitian ini, informasi yang
digunakan sebagai event adalah informasi yang dipublikasikan, khususnya
informasi mengenai pengumuman dividen karena adanya pengumuman dividen
diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan harga saham yang pada akhirnya
akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan.
8. Periode Penelitian
Periode pengamatan dibagi menjadi dua periode, yaitu: periode estimasi dan periode
peristiwa. Periode estimasi terdiri dari 90 hari sebelum peristiwa, yaitu t-120 sampai
dengan t-16. Periode peristiwa terdiri dari 30 hari, yaitu: 15 hari sebelum (t-15) dan 15
hari sesudah (t+15) tanggal pengumuman ex-dividend date. Sedangkan event date
adalah to, yaitu: pada saat (tanggal) ex-dividend date diumumkan.
2.3 Metode Analisis Data
Untuk mengetahui adanya pengaruh pengumuman dividen terhadap perubahan
harga saham, dilakukan pengujian terhadap return individual sebelum dan sesudah ex-
dividend date dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung abnormal return tiap saham selama periode pengamatan dengan
menggunakan formulasi sebagai berikut:
AR = Rit − E ( Rit )
dimana:
ARit     = Abnormal Return saham i pada periode t
Rit      = tingkat pengembalian saham individual i periode t
E(Rit) = tingkat pengembalian saham yang diharapkan pada periode t
a. Menghitung tingkat pengembalian masing-masing saham berdasarkan rumus:
(Manurung 1997)
Pt
R it = Ln
Pt -1
dimana:
Rit    = tingkat pengembalian saham i pada periode t
Pt     = harga saham i pada periode t
Pt-1 = harga saham i pada periode t-1
b. Menghitung tingkat pengembalian saham yang diharapkan berdasarkan model
keseimbangan (CAPM) (Husnan 1998):
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
9
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham … (Sularso)
E ( Rit ) = R f + ( Rm − R f ) β
sedangkan â dapat diperoleh dengan rumus (Husnan dkk. 1994):
∑ (R − R ) − n( R − R               )( Ri − R f )
β=           m      f           m     f
∑ ( R − R ) − n(R               − Rf ) 2
2
m     f            m
dimana:
=   tingkat risiko sistematis
â
Rf       =   tingkat bunga bebas risiko
(Rm-Rf) =    excess return of market portofolio
(Ri -Rf) =   excess return of stock
(Rm-Rf) =    rata-rata dari excess return of market portofolio
(Ri -Rf) =   rata-rata dari excess return of stock
c. Menghitung tingkat pengambalian portofolio pasar yang biasa diwakili oleh IHSG
(Manurung 1997):
IHSG t
Rmt = Ln
IHSGt −1
dimana    :
Rmt         = tingkat pengambalian portofolio pasar
IHSGt       = Indeks Harga Saham Gabungan periode t
IHSGt-1     = Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1
2. Menghitung Commulative Abnormal Return (CAR) harian tiap-tiap saham selama
periode peristiwa dengan formulasi:
t =+15
∑ = AR
CAR =
t =-15
3. Menghitung rata-rata atau Average Abnormal Return (AAR) seluruh saham harian
selama periode peristiwa dengan rumus:
1 n
∑ AR it
AAR =
n t =1
4. Menghitung Cummulative Average Abnormal Return (CAAR) portofolio selama
periode peristiwa:
t =+ 15
∑ AAR
CAAR =                   it
t= -15
Untuk membuktikan sekaligus menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. menghitung standart deviasi dari rata-rata abnormal return (AAR) dengan
menggunakan rumus (Susiyanto 1999):
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
10                                    Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 1 – 17
n
∑ (AR         − AAR t ) 2
t
t=1
S=
(n – 1)
2. menghitung nilai distribusi         t   (t-hitung)      untuk    portofolio harian  dengan
menggunakan formulasi:
AAR – ì
t=
S    n
dimana:
= rata-rata abnormal return semua populasi
ì
n    = jumlah sampel pada masing-masing kelompok
S    = standart deviasi dari rata-rata abnormal return
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh, perhitungan dalam CAPM dapat dilakukan
dengan langkah-langkah dibawah ini.
a. Menghitung Ri, Misalnya menghitung Ri untuk PT ANTM:
P- 20        325
R (ANTM)-20 = ln           = ln       = 0,000000
P- 21        325
Perhitungan ini menghasilkan prosentase tingkat keuntungan harian, yaitu pada
hari ke-20. Perhitungan pada periode berikutnya dapat dilakukan dengan langkah
yang sama.
b. Menghitung Rm dapat dilakukan dengan menggunakan langkah yang sama seperti
perhitungan Ri. Sebagai contoh menghitung Rm untuk PT ANTM:
IHSG -20            438,466
Rm -20 = ln               = ln           = −0,004092
IHSG -21            440,264
Perhitungan untuk periode berikutnya dilakukan dengan langkah yang sama.
c. Menghitung Rf harian. Oleh karena analisis dalam penelitian ini adalah analisis
harian, maka tingkat suku bunga deposito bulanan per tahun disesuaikan menjadi
tingkat suku bunga per hari yaitu dengan membagi suku bungan dengan 360
(asumsi 1 tahun 360 hari).
14,80%
Misalnya suku bunga untuk bulan Januari =                     = − 0,000411
360
Setelah variabel Ri, Rm dan Rf harian dari masing-masing sampel diketahui,
selanjutnya mancari nilai excess return saham (Ri-Rf) dan excess return portofolio
pasar (Rm-Rf).
d. Menghitung beta setiap saham dilakukan dengan formula yang telah dijelaskan
sebelumnya. Misalnya menghitung beta saham PT ANTM:
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
11
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham … (Sularso)
– 0,107195 – 98(-0,0010 94)(-0,000 600) = 0,004715
â=
0, 043611 − 98(−0, 001094 ) 2
e. Menghitung expected return harian masing-masing saham berdasarkan model
keseimbangan (CAPM). Misalnya menghitung E(Rit) untuk PT ANTM:
ER(ANTM)-20 = 0,000463 + (-0,004092 – 0,000463)0,004715 = 0,000411
Perhitungan untuk periode berikutnya dapat dilakukan dengan langkah-langkah
yang sama.
f. Menghitung abnormal return (AR) dengan cara membandingkan atau mencari
selisih antara Rit (actual return) dengan expected return (E(Rit)). Misalnya
perhitungan AR untuk PT ANTM:
AR(ANTM)-20 = 0,000000 – 0,000411 = -0,000411
4.1.1 Pengujian Terhadap Abnormal Return
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah masih terdapat abnormal
return sebelum dan sesudah ex-dividend terhadap dividen naik dan dividen turun
khususnya 15 hari sebelum dan sesudah ex-dividend date. Sebelum dilakukan
pengujian, perlu dihitung nilai rata-rata abnormal return (AAR) portofolio pada periode
t untuk masing-masing kelompok. Adapun AAR yang diperoleh selama periode
peristiwa tersebut untuk masing-masing kelompok ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1
Rata-rata Abnormal Return Selama Periode Peristiwa
DIVIDEN NAIK                             DIVIDEN TURUN
HARI
AAR                    CAAR                  AAR           CAAR
-15            -0,004742                 -0,004742          -0,001644       -0,001644
-14             0,019412                  0,014670          -0,014554       -0,016197
-13            -0,017259                 -0,002589           0,028263        0,012066
-12             0,003236                  0,000647          -0,007120        0,004946
-11             0,007536                  0,008183          -0,016642       -0,011696
-10            -0,025400                 -0,017217          -0,009043       -0,020739
-9             0,022248                  0,005031          -0,008968       -0,029707
-8            -0,001358                  0,003672           0,016155       -0,013551
-7            -0,010959                 -0,007287          -0,005170       -0,018721
-6             0,024005                  0,016719           0,030745        0,012024
-5            -0,018611                 -0,001892           0,019460        0,031484
-4            -0,001102                 -0,002994           0,017296        0,048780
-3             0,006108                  0,003114          -0,009917        0,038862
-2            -0,003361                 -0,000248           0,016274        0,055137
-1             0,004876                  0,004629          -0,012182        0,042955
0              0,006275                  0,010904           0,040135        0,083090
1             -0,007297                  0,003606           0,030770        0,113860
sambungan Tabel 1
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
12                                    Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 1 – 17
2             0,029473               0,033079            0,014769              0,128630
3            -0,000201               0,032878            0,020562              0,149191
4             0,013836               0,046714           -0,000207              0,148985
5            -0,032184               0,014529            0,029105              0,178090
6            -0,003889               0,010640            0,010600              0,188689
7            -0,000987               0,009654            0,003898              0,192588
8            -0,006793               0,002861            0,007474              0,200061
9            -0,000799               0,002061           -0,004061              0,196000
10             0,005780               0,007842            0,017317              0,213317
11             0,014989               0,022831           -0,010924              0,202393
12            -0,009833               0,012998            0,024385              0,226778
13             0,002578               0,015575            0,000249              0,227027
14            -0,000321               0,015255           -0,017226              0,209801
15             0,013230               0,028484           -0,007300              0,202502
(Sumber: Hasil analisis)
Setelah dihitung AAR untuk masing-masing kelompok selama periode peristiwa,
kemudian dihitung nilai standar deviasi dan nilai t hitungnya untuk dividen naik
dengan bantuan Microsoft Excel. Hasil uji t selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Uji Rata-rata Abnormal Return pada Dividen Naik
HIPOTESIS
HARI         AAR             STD            T-HITUNG           CAAR
Ditolak
-15        -0,004742        0,009495           -1,116748      0,023079
Ditolak
-14         0,019412        0,046750            0,928489      0,043309
Ditolak
-13        -0,017259        0,031452           -1,227055      0,024731
Ditolak
-12         0,003236        0,007459            0,970171      0,027589
Ditolak
-11         0,007536        0,039302            0,428731      0,035276
Ditolak
-10        -0,025400        0,034541           -1,644296      0,009555
Ditolak
-9         0,022248        0,033024            1,506391      0,031036
Ditolak
-8        -0,001358        0,011631           -0,261131      0,030038
Ditolak
-7        -0,010959        0,034140           -0,717775      0,018299
Ditolak
-6         0,024005        0,034327            1,563689      0,042904
Ditolak
-5        -0,018611        0,031943           -1,302789      0,024609
Diterima
-4        -0,001102         9,13E-04        -2,699967*       0,024146
Ditolak
-3         0,006108        0,022657            0,602767      0,029218
Ditolak
-2        -0,003361        0,006606           -1,137772      0,025825
Ditolak
-1         0,004876        0,040341            0,270287      0,030789
Ditolak
0          0,006275        0,025183            0,557185      0,037352
Ditolak
1         -0,007297        0,008436           -1,934149      0,030476
Ditolak
2          0,029473        0,069321            0,950694      0,060832
Ditolak
3         -0,000201        0,010637           -0,042212      0,060589
Ditolak
4          0,013836        0,031342            0,987082      0,073927
Diterima
5         -0,032184        0,011881         -6,057409*       0,041518
sambungan Tabel 2
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
13
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham … (Sularso)
Ditolak
6          -0,003889        0,006920           -1,256703      0,037902
Ditolak
7          -0,000987        0,022227           -0,099264      0,037321
Ditolak
8          -0,006793        0,008746           -1,736590      0,030483
Ditolak
9          -0,000799        0,011359           -0,157365      0,029802
Ditolak
10          0,005780        0,008780            1,472119      0,035691
Ditolak
11          0,014989        0,021293            1,574081      0,050560
Ditolak
12         -0,009833        0,014284           -1,539336      0,040714
Ditolak
13          0,002578        0,006704            0,859729      0,043160
Ditolak
14         -0,000321         1,24E-03          -0,578617      0,042692
Ditolak
15          0,013230        0,031182            0,948695      0,056021
(Sumber: Hasil analisis)
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat abnormal return negatif yang
signifikan, yaitu pada hari ke-4 sebelum event date dan pada hari ke-5 setelah event
date. Selanjutnya dihitung nilai standar deviasi dan nilai t hitung untuk deviden turun
dengan bantuan Microsoft Excel. Hasil uji t selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil Uji Rata-rata Abnormal Return pada Dividen Turun
HARI           AAR             STD           T-HITUNG          CAAR       HIPOTESIS
-15         -0,001644        0,040833        -0,120755       -0,001644    Ditolak
-14         -0,014554        0,048127        -0,907201       -0,016197    Ditolak
-13          0,028263        0,034246       2,475883*         0,012066   Diterima
-12         -0,007120        0,029241        -0,730469        0,004946    Ditolak
-11         -0,016642         0,03978        -1,255073       -0,011696    Ditolak
-10         -0,009043        0,058948        -0,460218       -0,020739    Ditolak
-9         -0,008968        0,029445        -0,913666       -0,029707    Ditolak
-8          0,016155        0,028441         1,704115       -0,013551    Ditolak
-7         -0,005170         0,01273        -1,218371       -0,018721    Ditolak
-6          0,030745        0,135583         0,680281        0,012024    Ditolak
-5          0,019460        0,044062         1,324966        0,031484    Ditolak
-4          0,017296        0,040125         1,293158        0,048780    Ditolak
-3         -0,009917        0,026338        -1,129649        0,038862    Ditolak
-2          0,016274        0,024887       1,961775*         0,055137   Diterima
-1         -0,012182        0,033536        -1,089718        0,042955    Ditolak
0           0,040135        0,117969         1,020653        0,083090    Ditolak
1           0,030770        0,074864         1,233032        0,113860    Ditolak
2           0,014769        0,061923         0,715536        0,128630    Ditolak
3           0,020562        0,062717         0,983536        0,149191    Ditolak
4          -0,000207        0,095488        -0,006498        0,148985    Ditolak
5           0,029105        0,036344       2,402509*         0,178090   Diterima
6           0,010600        0,049275         0,645330        0,188689    Ditolak
7           0,003898        0,028745         0,406849        0,192588    Ditolak
8           0,007474        0,011648         1,924837        0,200061    Ditolak
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
14                                     Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 1 – 17
9         -0,004061        0,010022        -1,215755        0,196000        Ditolak
sambungan Tabel 3
10          0,017317        0,053045         0,979375        0,213317        Ditolak
11         -0,010924        0,033368        -0,982134        0,202393        Ditolak
12          0,024385        0,048036         1,522923        0,226778        Ditolak
13          0,000249        0,054409         0,013716        0,227027        Ditolak
14         -0,017226        0,074916        -0,689804        0,209801        Ditolak
15         -0,007300        0,066847        -0,327593        0,202502        Ditolak
(Sumber: Hasil analisis)
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat abnormal return positif yang signifikan
yaitu pada hari ke-13 dan hari ke-2 sebelum event date dan hari ke-5 setelah event
date.
3.2 Pembahasan
Dari hasil perhitungan dan analisis serta pengujian berdasarkan masing-masing
kelompok, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dividen naik
Besarnya t hitung yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis pertama yang
menguji AAR terhadap dividen naik ditunjukkan pada Tabel 2, dengan nilai t tabel
sebesar 2,132 pada tingkat signifikansi 10%. Hipotesis alternatif (Ha) akan diterima
jika t hitung > 2,132 atau t hitung < -2,132. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
bahwa ada satu hari bursa yang menghasilkan abnormal return yang signifikan,
yaitu hari ke-4 sebelum even date. Pada hari ke-4 sebelum event date, abnormal
return negatif sebesar 0,001102 atau sekitar 0,1 dan hari ke-5 setelah event date
abnormal return negatif sebesar 0      ,029105 atau sekitar 3%. Hal ini menunjukkan
bahwa ex-dividend date merupakan bad news bagi investor yang kemungkinan
besar tidak akan memberikan keuntungan bagi investor.
2. Dividen turun
Besarnya t hitung yang diperoleh dari hasil analisis pengujian hipotesis pertama
yang menguji AAR terhadap dividen turun ditunjukkan pada Tabel 3, dengan nilai t
tabel sebesar 1,860 pada tingkat signifikansi 10% . Hipotesis alternatif akan
diterima jika t hitung > 1,860 atau t hitung < -1,860. Berdasarkan Tabel 2
dapat dilihat bahwa ada tiga hari bursa yang menghasilkan abnormal return yang
signifikan, yaitu hari ke-13 dan hari ke-2 sebelum even date, serta hari ke-5 setelah
event date. Pada hari ke-13 sebelum ex-dividend date, abnormal return positif
sebesar 0,028263 atau sekitar 2% dan hari ke-2 sebesar 0,0166274 atau sekitar 1%
sebelum ex-dividend date serta hari ke-5 sebesar 0,029105 atau sekitar 3%. Hal ini
menunjukkan bahwa harga saham mengalami reaksi positif terhadap adanya ex-
dividend date. Abnormal return yang positif terhadap pengumuman dividen turun
pada saat ex-dividend date menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi positif
dan merupakan good news bagi investor dan investor menanggapi informasi
tersebut dengan memberikan reaksi positif atas hal tersebut yang ternyata dapat
memberikan abnormal return yang signifikan pada hari tersebut.
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
15
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham … (Sularso)
Dari hasil perhitungan CAAR pada masing-masing kelompok sampel dapat dilihat
bahwa pada kelompok dividen naik CAAR yang diperoleh investor berfluktuatif selama
periode tersebut. Pada kelompok dividen turun CAAR juga cenderung berfluktuatif
cukup tajam. Kecenderungan perubahan CAAR pada dua kelompok sampel tersebut
pada umumnya berlangsung lambat yaitu 22%. Periode waktu yang sangat lambat jika
dikaitkan dengan bentuk efisien pasar mengindikasikan bahwa bentuk pasar efisien
(dalam bentuk semi strong) belum dapat tercapai pada periode ini.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa pengaruh pengumuman
dividen terhadap perubahan harga saham ditunjukkan dengan masih diperolehnya
abnormal return pada sekitar tanggal ex-dividend date. Adapun kesimpulan secara
rinci adalah sebagai berikut:
1. Pada kelompok dividen naik, masih terdapat abnormal return pada hari ke-4
sebelum event date sebesar -0,001102 atau sekitar 0,1% dan pada hari ke-5 setelah
event date sebesar -0,032184 atau sekitar 3%. Ini berarti bahwa harga saham
bereaksi negatif terhadap informasi ex-dividend date, sehingga informasi ex-
dividend date pada pengumuman dividen naik merupakan bad news (investor
kurang memperhatikan informasi ex-dividend date, sehingga pada saat harga
saham mengalami penurunan investor membeli dengan harga yang lebih mahal,
sehingga diperoleh abnormal return yang negatif).
2. Pada kelompok dividen turun menunjukkan bahwa ada tiga hari bursa yang masih
memberikan abnormal return yang signifikan, yaitu pada hari ke-13 dan hari ke-2
sebelum event date sebesar 0,028263 atau sekitar 2% dan 0,0166274 atau sekitar
1%, serta pada hari ke-5 setelah event date sebesar 0,029105 atau sekitar 3%. Ini
berarti bahwa harga saham bereaksi positif terhadap informasi ex-dividend date,
sehingga informasi tersebut merupakan good news (investor yang mengerti
informasi ex-dividend date, membeli saham sebelum event date dengan harga lebih
rendah dengan harapan harga saham tersebut pada saat ex-dividend date
mengalami kenaikan sehingga dapat diperoleh abnormal return yang positif).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan harga saham
yang signifikan sebelum dan sesudah ex-dividend date. Hal ini dapat dilihat dari
abnormal return sesudah ex-dividend date lebih besar dari abnormal return sebelum
ex-dividend date.
4.2 Saran
Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal selalu dicari oleh pelaku pasar,
namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga. Hasil penelitian
mengenai pengaruh informasi ex-dividend date mengakibatkan tanggapan yang
bervariatif. Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan diatas maka disarankan:

SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

Kas merupakan suatu pos yang penting bagi suatu perusahaan. Kas paling banyak terlibat dalam transaksi-transaksi keuangan. Ini disebabkan oleh sifat transaksi-transaksi yang mencakup harta dan memerlukan penyelesaian dalam bahasa media tukar. Media tukar standart ialah kas. Kendatipun kas tidak secara langsung terlibat dalam transaksi, tetapi memberikan dasar pengukuran dan akuntansi untuk semua pos-pos yang sudah ada.

Perbedaan yang menyolok tentang aktivitas kas adalah sifat yang tidak produktif. Karena kas merupakan ukuran nilai, kas tidak dapat bertambah kecuali bila diinvestasikan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jumlah kas dalam suatu perusahaan yang sangat berlebihan kerap sekali disebut kas menganggur. Manager kas yang efisien mensyaratkan tersedianya kas yang terus bekerja secara kontiniu salah satu dari beberapa cara misalnya sebagai bagian dari siklus akuntansi atau sebagai suatu investasi jangka pendek atau jangka panjang.

1. Salah satu tanggung jawab penting manager keuangan perusahaan adalah mengatur dan memaksimumkan sumber penerimaan kas. Tugasnya tidak saja memastikan tersedianya dana untuk kebutuhan jangka pendek. Misalnya pembayaran gaji dan upah, dan membayar hutang. Akan tetapi juga merencanakan sumber penerimaan kas untuk kebutuhan jangka panjang, untuk memperlancar pertumbuhan dan perkembangan perusahaan melalui eksapnsi-ekspansi atau ekuisi atau kebijakan lainnya.

Adapun sumber-sumber penerimaan kas adalah sebagai berikut :

  1. Aktivitas Operasi

1. Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa

2. Penerimaan kas dari royalti,fees,komisi dan pendapatan lainnya

3. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan lain

4. Penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus

  1. Aktiva investasi

1. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan aktiva tidak berwujud beserta aktiva jangka panjang lainnya.

2. Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan

  1. Aktiva Pendanaan

1. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya.

2. Penerimaan kas dari emisi obligasi, wesel, hipotek dan pinjaman

3. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lesse) untuk mengurangi saldo.

Pada dasarnya terdapat dua sumber utama yaitu :

1.1 Yang disediakan secara internal

Adalah jumlah laba bersih yang terdapat dalam perhitungan laporan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlaj ini menunjukkanjumlah dana yang berasal dari dana hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa perhitungan rugi laba perusahaan.

1.2 Yang disediakan oleh sumber eksternal

Adapun sumber yang disediakan secara eksternal antara lain meliputi sebagai berikut :

  • · Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka panjang) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (Marketable security atau efek) adalah salah satu elemen aktiva jangka pendek yang dapat dijual dan akan dapat menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber dana bagi perusahaan.
  • · Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah dana adalah hasil penjualan aktiva tetap dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tetap menjadi kas akan menyebabkan bertambahnya dan sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva bersangkutanakan mengakibatkan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah dana yang dibutuhkan.

  • · Penjualan saham atau obligasi

Untuk menambah dana yang dibutuhkan perusahaan dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan dananya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap. Oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah dana yang dibutuhkan. Disamping ketiga sumber di atas masih ada lagi sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan untuk menambah dananya, misalnya pinjaman dari bank dan pinjaman pinjaman jangka pendek lainnya.

Sedangkan penggunaan atau pengeluaran kas antara lain dapat disebabkan oleh transaksi-transaksi sebagai berikut :
1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya
2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun pengembalian kas perusahaan kepada pemilik perusahaan
3. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek atau panjang
4. Pembelian barang dagangan secara tunai
5. Pembayaran dividen, pajak, denda-denda dan sebagainya.
Oleh karena itu, laporan sumber dan penggunaan kas sifatnya atau skopenya lebih luas daripada laporan laba rugi baik yang penyusunannya berdasarkan cash basis maupun accrual basis.

Manfaat Laporan Sumber dan Penggunaan Kas

Laporan sumber dan penggunaan kas ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar dalam merencanakan kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan cash flow ini akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
Selain itu kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, sehingga semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya maupun penggunaannya.

BREAK EVENT POINT (BEP)

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)

BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP  adalah

1.   alat perencanaan untuk hasilkan laba

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan

4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini

Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi
yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Bagaimana cara menghitungnya?

Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung untuk kebutuhan

PERHITUNGAN BEP

Atas dasar unit

Atas dasar sales dalam rupiah

Keterangan:

FC : Biaya Tetap

P : Harga jual per unit

VC : Biaya Variabel per unit

Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.

Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi

Tugas SOftSkill

1.       Jawaban: C

alasannya: Nilai Nominal Rp.100.000 dan dijual dengan harga kurs 125 akibatnya adalah “Menaikkan Modal Kerja Sebesar  Rp.1.250.000”

2.       Working Capital adalah: Modal Bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan utang lancar,untuk membiayai kegiatan usaha.

3.       Iya Karena pada soal terdapat pernyataan meminjam uang sebesar Rp.70.000

4.       Iyah Krena disini terdapat Modal Kerja sebesar : Rp.150.000,terdiri dari aktiva lancar :Rp.250.000dan Hutang Lancar: Rp. 100.000

Jadi Transaksi tersebut menghasilkan: Aktiva lancar sebesar: Rp.250.000 dari Hutang Lancar.

5.       Jawaban : C  ( Kas dan Aktiva Lain)

6.       Jawaban : A (  Adanya  Penggunaan Kas)

7.       Jawaban :A ( Menambah Modal Sendiri)

8.       Jawaban : C ( Bahan Mentah Y $ 25.000)

9. Biaya administrasi dan gaji pimpinan :

– Jumlah biaya selama 1 bulan $ 200.000

– Jumlah biaya produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit

= 2500 unit

– Biaya per unit = $ 200.000/ 2500 unit = $ 80

– Biaya per hari 100 unit x $ 80 = $ 8000

– Dana yang diperlukan untuk biaya selama periode perputaran

= $ 8000 x 12 hari = $ 96.000

Persediaan kas minimal                                                                      = $ 2.000.000

———————+

-Jumlah modal kerja yang dibutuhkan                                     = $     2.096.000

Analisa Perubahan Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (selama periode) yang timbul dalam rangka kegiatan usaha dari suatu badan bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan meningkatkan kontribusi dari ekuitas peserta. (IAS 18,7).
Pendapatan harus diukur pada nilai wajar dengan pertimbangan diterimanya piutang.(IAS 18,9)

Pengakuan PendapatanPencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan.
Dua konsep penting:
Pembentukan pendapatan (earning of revenue)
Realisasi pendapatan (realization of revenue)

Saat Pengakuan Pendapatan
Berbagai gagasan:
Saat kontrak penjualan disepakati
Selama proses produksi secara bertahap
Saat produksi selesai
Saat penjualan
Saat kas terkumpul

A. Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli suatu komoditi pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan :
Harga barang yang bersangkutan (Px)
Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
Tingkat pendapatan (I)
Selera / kebiasaan (T)
Jumlah penduduk (Pen)
Perkiraan harga komoditi yang bersangkutan dimasa mendatang (Pxe)
Distribusi pendapatan (Dist)
Usaha-usaha produsen dalam meningkatkan penjualan (Prom)

Hukum permintaan
Permintaan suatu barang akan meningkat jika harga barang tersebut turun dan permintaan barang akan turun jika harga barang tersebut naik, ceterisparibus.
(Ceterisparibus berarti faktor selain harga komoditi yang bersangkutan dipertahankan konstan / tidak berubah)

Kasus – kasus pergeseran kurva permintaan
Berubahnya harga komoditi substitusi
Berubahnya harga komoditi komplemen
Berubahnya pendapatan masyarakat
Berubahnya selera
Berubahnya jumlah penduduk
perkiraan harga X dimasa mendatang
Upaya produsen meningkatkan penjualan

B. Penawaran (Supply-Sx)
Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran :
Harga barang yang bersangkutan (Px)
Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
Harga faktor produksi (Pi)
Biaya produksi (Bp)
Teknologi (Ti)
Jumlah pedagang (Jp)
Tujuan perusahaan (Tp)
Kebijakan pemerintah (Kp)

Kasus perubahan penawaran (pergeseran kurva penawaran):
Biaya produksi naik (jumlah penawaran berkurang dan kurva penawaran bergeser ke kiri)
Diskusikan di kelas untuk kasus:
Harga barang substitusi naik
Terdapat kemajuan teknologi produksi
Harga bahan baku naik
Harga barang komplemen turun

Keseimbangan pasar (market equilibrium):
Keseimbangan pasar adalah suatu kondisi dimana ditandai dengan tidak terjadinya kelebihan penawaran (excess suplly) karena harga terlalu tinggi atau kelebihan permintaan (excess demand) karena harga terlalu rendah
Secara matematik, QSx = QDx

Modal Kerja

Modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Contoh manajemen modal kerja adalah manajemen kas, manajemen piutang manajemen persediaan.Terdapat tiga konsep definisi modal kerja yaitu :

  • Konsep kuantitatif:

Konsep ini menunjukan jumlah dana ( fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancer ( gross working capital ).

  • Konsep kualitatif:

Menitik beratkan pada kualitas modal kerja menurut konsep ini modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhdap hutang lancar ( net working capital ). Sehingga menunjukan margin of protection ( tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek )

  • Konsep fungsional:

Menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam menghasilkan laba dari usaha pokok perusahaan yaitu current income dan future income.
TUJUAN DAN SUMBER MODAL KERJA


Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelolah perputaran atau sirkulasi modalnya. Dimana sumber- sumber modal kerja berasal…

  1. Hasil operasi perusahaan.
  2. Keuntungan dari pernjualan surat-surat berharga ( investasi jangka pendek )
  3. Penjualan aktiva tidak lancar
  4. Penjualan saham atau obligasi

SEBAB PERUBAHAN MODAL KERJA
—> Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan bertambah

—> Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,modal kerja kan bertambah

—> Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar, maka modal kerja akan bertambah

—> Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja.

—> Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.maka akan mengurangi modal kerja

—> Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap maka akan mengurangi modal kerja

—> Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.

MANFAAT MANAJEMEN MODAL KERJA
• Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
• Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
• Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
• Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen
• Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
• Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
• Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja

Peremuan 3

A nalisis tren
Analisis trend merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan
peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup
banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil
analisis tersebut dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut.
Secara teoristis, dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang paling menentukan
adalah kualitas dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau periode
dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin
banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika
data yang dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan
semakin jelek.
Metode Least Square
Metode yang dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah
* Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),
* Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),
* Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan
* Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).
Secara khusus, analisis time series dengan metode kuadrat terkecil dapat dibagi dalam
dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Persamaan garis linear dari
analisis time series akan mengikuti:
Y = a + b X.
Keterangan : Y adalah variabel dependen (tak-bebas) yang dicari trendnya dan X adalah
variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu (biasanya dalam tahun).
Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) dapat dipakai persamaan:
a = ΣY / N dan
b = ΣXY / ΣX2
R eferensi :
* Bianchi M., Boyle M., Hollingsworth D. (1999), “A comparison of methods for trend
estimation”, Applied Economics Letters, 6(2): 103–109.
* Chatfield, C. (1993), “Calculating Interval Forecasts”, Journal of Business and
Economic Statistics, 11(2): 121–135.
Analisa Com m on Size
Laporan dengan prosentase per komponen menunjukan prosentase dari total aktiva yang
telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari laporan
dengan prosentase ini dan memperbandingkan dengan rata-rata industri sebagai
keseluruhan dari perusahaan yang sejenis, akan dapat diketahui apakah investasi kita
dalam suatu aktiva melebihi batas-batas yang umum berlaku (over investment) atau justru
masih terlalu kecil (under investment), dengan demikian untuk periode berikutnya kita
dapat mengambil kebijaksanaan – kebijaksanaan yang perlu, agar investasi kita dalam
suatu aktiva tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.
Laporan dengan cara ini juga menunjukan distribusi daripada hutang dan modal, jadi
menunjukan sumber-sumber darimana dana yang diinvestasikan pada aktiva tersebut.
Study tentang ini akan menunjukan sumber mana yang merupakan sumber pokok
pembelanjaan perusahaan., juga akan menunjukan seberapa jauh perusahaan
menggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit dari pihak luar, karena dari itu
juga dapat diduga / diketahui berapa besarnya margin of safety yang dimiliki oleh para
kreditur.
Prosentase per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan prosentase per
komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke
tahunnya akan menunjukan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan tidak
menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut. Perubahan ini dapat dilihat kalau
dikembalikan pada data absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukan
secara pasti adanya perubahan dalam data absolut.
Laporan dalam prosentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi-laba,
menunjukan jumlah atau prosentase dari penjualan netto atau net sales yang diserap tiap –
tiap individu biaya dan prosentase yang masih tersedia untuk income. Oleh karena itu
Common Size percentage analysis banyak digunakan oleh perusahaan dalam
hubungannya dengan income statement, karena adanya hubungan yang erat antara
penjualan, harga pokok dan biaya operasi, sedang untuk neraca tidak banyak digunakan.
Dalam laporan prosentase per komponen (Common Size statement) semua komponen
atau pos dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih meningkatkan
atau menaikan mutu atau kwalitas data maka masing-masing pos atau komponen tersebut
tidak hanya prosentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung prosentase dari masing-
masing komponen terhadap sub totalnya, misalnya komponen aktiva lancar dihubungkan
atau ditentukan prosentasenya terhadap jumlah aktiva lancar, komponen hutang lancar
terhadap jumlah hutang lancar dan sebagainya.
Tabel : Neraca PT. Ulung
Analisa perbandingan dengan Common Size
PT. Ulung
Neraca
Per 31 desember 2001, dengan perbandingan th 2000 ( ribuan rupiah )
Aktiva Common Size ( %)
Aktiva Lancar Des 2001 Des 2000 2001 2000
Kas 23.500 19.800 2 1,8
Surat – surat berharga 50.500 45.000 4,4 4
Piutang dagang 100.550 90.000 8,7 8
Persediaan 215.000 210.500 18,5 18,9
Biaya di bayar di muka 10.500 23.400 0,9 2,1
Total aktiva lancar 400.050 388.700 34,5 34,8
Aktiva Tetap
Tanah 205.500 210.000 17,7 18,8
Bangunan 159.500 146.800 13,8 13,2
Inventaris kantor 19.000 16.500 1,6 1,5
Mesin dan peralatan 490.000 454.500 42,3 40,7
Akumulasi penyusutan (115.000) (100.800) ( 9,9 ) ( 9 )
Total aktiva tetap 759.000 727.000 65,5 65,2
Total aktiva 1.159.050 1.115.700 100 100
Hutang dan Modal sendiri
Hutang lancar
Hutang dagang 80.000 65.600 6,9 5,9
Hutang gaji 45.500 45.900 3,9 4,1
Hutang wesel 158.000 121.500 13,7 10,9
Hutang bank jk. Pendek 80.000 78.500 6,9 7
Total hutang lancar 363.500 311.500 31,4 27,9
Total hutang jangka panjang 215.670 221.000 18,6 19,8
Total hutang 579.170 532.500 50 47,7
Modal Sendiri
Modal saham 400.000 400.000 34,5 35,9
Laba di tahan 179.880 183.200 15,5 16,4
Total modal sendiri 579.880 583.200 50 52,3
Total hutang dan modal sendiri 1.159.050 1.115.700 100 100
Tabel : Laporan Rugi / Laba PT. Ulung
Analisa perbandingan Common Size
PT. Ulung
Laporan Rugi / Laba
Tahun 2001, dengan perbandingan th 2000.( ribuan rupiah )
Common Size ( % )
Th 2001 th 2000 2001 2000
Penjualan barang 2.550.500 2.089.500 100 100
Harga pokok penjualan 1.800.000 1.670.000 70,6 80
Laba kotor 750.500 419.500 29,4 20
Biaya pemasaran 210.000 139.000 8,2 6,7
Biaya perjalanan dinas 50.500 40.000 2 1,9
Biaya bunga 60.500 55.500 2,4 2,6
Biaya operasi lainnya 80.500 75.500 3,2 3,6
Total biaya operasi 401.500 310.000 15,8 14,8
Laba operasi ( sebelum pajak ) 349.000 109.500 13,6 5,2
Pajak 104.700 32.850 4,1 1,6
Laba bersih 244.300 76.650 9,5 3,6
______________________________________________________________________
Analisa Common Size tahun 2000 ( Neraca PT. Ulung )
Dari total aktiva yang di miliki PT. Ulung, proporsi aktiva lancarnya 34,8 % dan aktiva
tetapnya 65,2 %. Dari aktiva lancar yang dimiliki, komponen persediaan merupakan yang
terbesar, yaitu : 18,9 %, terus berturut – turut piutang, investasi pada surat – surat
berharga, biaya yang dibayar di muka, dan terakhir komponen kas. Begitu juga dalam
komponen aktiva tetap, komponen mesin dan peralatan merupakan yang terbesar, yaitu ;
40,7 %, terus berturut – turut komponen tanah, bangunan dan inventaris kantor. Pada
struktur pembiayaan PT. Ulung, terlihat bahwa 47,7 % perusahaan di biayai dengan
hutang, dan 52,3 % di biayai dengan modal sendiri. Dari komponen hutang, maka hutang
jangka panjang merupakan komponen terbesar, yaitu sebesar 19,8 %, diikuti oleh hutang
wesel, hutang bank jangka pendek, hutang dagang, dan terakhir hutang gaji. Dari struktur
modal sendiri, komponen modal dalam bentuk saham sebesar 35,9 %, dan sisanya dalam
bentuk laba di tahan, yaitu sebesar 16,4 %.
Analisa Common Size tahun 2001 ( Neraca PT. Ulung ).
Pada tahun 2001, dari total aktiva yang dimiliki PT. Ulung, proporsi aktiva lancarnya
sebesar 34,5 %, dan aktiva tetap sebesar 65,5 %. Hal ini tidak terlampau berubah, bila di
bandingkan dengan komposisi pada tahun sebelumnya. Begitu juga pada pos aktiva
lancar, komponen persediaan tetap yang terbesar, yaitu : 18,5 %, dan secara berturut –
turut komponen piutang, investasi pada surat – surat berharga, kas, dan terakhir pada
biaya di bayar di muka. Pada komponen aktiva tetap, komponen mesin dan peralatan
tetap yang terbesar, yaitu : 42,3 %, dan diikuti berturut – turut komponen tanah,
bangunan, dan inventaris kantor. Dari struktur pembiayaan, PT. Ulung di belanjai dengan
hutang sebesar 50 % dan 50 % dari modal sendiri. Dari total hutang, tetap hutang jangka
panjang yang terbesar, yaitu : 18,6 %, seterusnya diikuti oleh hutang wesel, hutang bank
jangka pendek sama dengan hutang dagang, dan terakhir hutang gaji.
Pada struktur modal sendiri, komposisi antara modal saham dengan laba yang di tahan
hampir sama dengan tahun sebelumnya, yaitu : 34,5 % modal saham, dan 15,5 % dalam
bentuk laba yang di tahan.
Analisa Common Size tahun 2000 ( laporan rugi / laba PT. Ulung )
Pada komponen laporan rugi / laba, dari total penjualan PT. Ulung, 80 % merupakan
komponen harga pokok penjualan, dan 20 % merupakan laba kotor. Berturut turut, biaya
pemasaran 6,7 % dari penjualan , biaya perjalanan dinas 1,9 %, beban bunga 2,6 %, biaya
operasi lainnya 3,6 %, total biaya operasi 14,8 %, laba operasi sebelum pajak 5,2 %,
pajak !,6 %, dan terakhir laba bersih 3,6 % dari penjualan yang diperoleh PT. Ulung.
Analisa Common Size tahun 2001 ( laporan rugi / laba PT. Ulung )
Pada tahun 2001, proporsi komponen – komponen yang ada pada laporan rugi / laba
terhadap penjualan mengalami perubahan yang cukup besar bila di bandingkan dengan
tahun sebelumnya, terutama pada komponen harga pokok penjualan, dari 80 % menjadi
70,6 %, laba kotor dari 20 % menjadi 29,4 %.
Komponan biaya – biaya operasi tidak terlampau berubah bila di bandingkan dengan
tahun sebelumnya. Laba operasi juga kenaikannya cukup besar, yaitu ; dari 5,2 %
menjadi 13,6 %, pajak juga dari 1,6 % menjadi 4,1 % dan laba bersih dari 3,6 % menjadi
9,5 % dari total penjualannya.
Kenaikan dari komponen – komponen laba kotor, laba operasi dan laba bersih yang
cukup besar, tidak lain disebabkan oleh kenaikan penjualan dan juga disebabkan oleh
proporsi harga pokok penjualan yang mengalami penurunan, yaitu dari 80 % menjadi
70,6 % dari penjualan.
Analisa perbandingan dengan Indeks.
Tehnik analisa ini memperbandingkan laporan keuangan seperti diterangkan dimuka.
Dari perubahan masing-masing pos dapat diketahui perubahan mana yang cukup penting
dianalisa lebih lanjut. Tehnik analisa tersebut sering juga disebut dengan Analisa naik
turun, karena dengan analisa tersebut dapat diketehui kenaikan atau penurunan dari
masing-masing pos. Tehnik analisa tersebut hanya akan praktis bila digunakan untuk
menganalisa dua atau tiga (periode) laporan keuangan, karena bila laporan keuangan
yang diperbandingkan lebih dari tiga tahun akan ditemui kesulitan.
Cara yang terbaik untuk menganalisa laporan keuangan yang lebih dari tiga tahun
tersebut adalah dengan menggunakan angka index, dan semua data laporan keuangan
yang dianalisa dihubungkan dengan angka index tersebut yang dinyatakan dalam
prosentase. Dengan menganalisa laporan keuangan untuk jangka waktu lebih dari tiga
tahun akan diketahui kecenderungan atau arah atau trend dari posisi keuangan ataupun
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, apakah menunjukan
arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun.
Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase (trend procentages) ini
diperlukan dasar pengukur atau tahun pengukurnya. Biasanya data atau laporan keuangan
dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa tersebut
dianggap sebagai tahun dasar (base year). Pemilihan tahun yang paling awal sebagai
tahun dasar ini bukan merupakan suatu keharusan, karena tahun yang paling awal
tersebut belum tentu menunjukan keadaan yang normal atau representatif. Sedapat
mungkin periode atau laporan keuangan yang digunakan sebagai tahun dasar adalah
tahun yang paling normal diantara tahun-tahun yang dianalisa tersebut.
Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar
diberikan angka index 100, sedangkan pos-pos yang sama dengan periode yang dianalisa
dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara
membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisa dengan jumlah rupiah
dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud
adalah menunjukan hubungan dari masing-masing pos suatu tahun dengan tahun
dasarnya.
Trend dari modal sendiri (owner’s equity) yang menaik menunjukan perkembangan
keuangan yang menguntungan (bagi para kreditor) terutama trend daripada hutang turun
atau naik tetapi dengan rate yang lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan modal
sendiri. Keadaan yang demikian menunjukan perkembangan keuangan yang semakin
kuat dan margin of safety atau tingkat keamanan bagi para kreditor yang semakin besar.
Analisa dengan trend ratio akan dapat menunjukan suatu pos itu mempunyai
kecenderungan atau arah yang menurun, meningkat atau tetap serta menunjukan apakah
kecenderungan atau tendensi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Tetapi
dalam menggunakan teknik analisa trend dan prosentase ini harus diingat pula hubungan
antara angka-angka dalam trend dengan data absolutnya.
Oleh karena itu didalam menganalisa dengan menggunakan trend atau perubahan yang
dinyatakan dalam prosentase, perlu pula mempelajari perubahan – perubahan yang terjadi
dalam angka absolutnya atau jumlah rupiahnya serta tendensi-tendensi yang ada ataupun
hubungan antara pos-pos yang ada.
Agar trend itu dapat diperbandingkan maka harus dipenuhi beberapa syaratnya, antara
lain bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada waktu melakukan pencatatan
akuntansi dilakukan secara konsisten dalam tahun-tahun yang bersangkutan, dan selama
periode yang bersangkutan tidak terjadi perubahan nilai uang atau kenaikan harga-harga
yang amat berbeda (inflasi maupun deflasi).
Apabila kedua syarat ini tidak diketahui maka data yang diperoleh tak dapat
diperbandingkan (non comparable), kecuali kalau diadakan adjusment atau penyesuaian
lebih dulu guna menetralisir akibat daripada perubahan yang terjadi